Dilansir dari Reuters, Seusai penembakan itu beberapa anak akhirnya tewas di lokasi penembakan, sementara penduduk lainnya juga tewas setelah pasukan mulai memasuki desa.
Militer Myanmar didalam pernyataannya terkait penembakan itu, mengatakan bahwa kelompok pemberontak yang bernama Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) dan organisasi gerilyawan bersenjata Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) telah bersembunyi di biara dan menggunakan desa untuk mengangkut senjata di daerah tersebut.
Pada akhirnya Pasukan keamanan mengirim helikopter melakukan inspeksi mendadak. Pihak militer mengklaim karena helikopter mereka diserang lebih dahulu oleh PDF dan KIA dari dalam rumah dan biara.
"Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi rincian kekerasan yang terjadi pada hari Jumat di desa Let Yet Kone di wilayah Sagaing tengah."
Dalam pernyataan itu menuduh kelompok bersenjata PDF dan KIA, memanfaatkan penduduk desa untuk dijadikan perisai dan mengatakan bahwa senjata termasuk 16 bom rakitan kemudian disita.
Sementara itu, pemerintah bayangan pro-demokrasi Myanmar, yang dikenal sebagai Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), menuduh junta melakukan target serangan di wilayah tersebut, termasuk gedung sekolah.
NUG juga mendesak agar pasukan militer dapat membebaskan 20 siswa dan guru yang dikatakan telah ditangkap setelah serangan udara tersebut.
Menurut data Save the Children, kurang lebih ada sekitar 190 kasus serangan terhadap sekolah seperti pada tahun 2021. dan Jumlah itu naik drastis dari 10 kasus di tahun-tahun sebelumnya.

