Tidak ada Hak Asasi Manusia Di Myanmar'!! Etnis Minoritas Membutuhkan Kemerdekaan Dan Keadilan

 

Serangan Udara yang menewaskan 80 orang serta melukai 100 orang yang menghadiri acara konser kelompok etnis minoritas kachin yang berkonflik dengan junta militer penguasa myanmar tepatnya minggu 23/10/22.

kronologi dari kejadian tragis tersebut terjadi dilokasi wilayah negara bagian kachin, menurut laporan reuters mengatakan bahwasannya setelah terjadi penyerangan yang membabi buta itu, kurang lebih terdapat ada 60 orang yang tewas namun jumlah tersebut telah diklarifikasi dan diperbaharui oleh pejabat kanjen juru bicara asosiasi seniman kachin yang mengatakan bahwa disela-sela konser tersebut yang dihadiri dari 300 hingga 500 orang termasuk musisi serta para pejabat militer, mulanya peristiwa nahas itu terjadi saat sebuah pesawat dari junta militer yang melewati langit udara kemudian menjatuhkan 4 buah bom sekaligus tepat pada lokasi acara yang sedang berlangsung pada pukul 20.00 waktu setempat. akibatnya dari peristiwa itu memakan korban meliputi wira dan tentara militer, warga, beserta juru masak yang lagi bekerja saat itu.

Sejumlah saksi mata menuturkan ledakan besar terdengar sekitar pukul 20.30 waktu setempat di lokasi kejadian. Gedung-gedung dan bangunan lainnya di sekitar target ikut hancur akibat serangan udara.

menurut informasi para korban terkait penyerangan tragis saat itu, belum dapat dikonfirmasikan untuk  secara keseluruhan namun secara independen grup kachin melaporkan bahwa pasukan pemerintah Junta pun sempat menghalangi sekaligus tidak memberikan ijin kepada petugas medis yang sedang bertugas mengevakuasi korban ledakan bom agar tidak bisa dirawat di rumah sakit terdekat, 

namun amnesti international juga meminta militer untuk memberikan akses kepada petugas medis dan organisasi kemanusia ke lokasi itu serta para korban yang terkena dampak dari serangan udara.

pemerintah militer myanmar mengkonfirmasi penyerangan ini dalam 24 oktober malam yang menyebutkan bahwa serangan yang menyasar markas bridge ke-29 tentara yang disebutkan sebagai tindakan terorisme yang dilakukan oleh kelompok kajen junta militer.

myanmar juga membantah bahwa mereka menargetkan konser dan warga sipil dengan serangan mematikan ini. 

"Tindakan yang tampaknya penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap warga sipil tidak bersenjata seperti itu tidak dapat diterima," kata PBB melalui pernyataan.

Dalam sebuah pernyataan bersama, kepala misi diplomatik di Myanmar termasuk Australia, Inggris, Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa mengatakan serangan itu "menggarisbawahi tanggung jawab rezim militer atas krisis dan ketidakstabilan dan mengabaikan kewajibannya untuk melindungi hak  warga sipil."

terakait meluasnya tingkat kekerasan yang terjadi di myanmar dalam tahun ini, pertemuan diadakan khusus para menteri luar negeri ASEAN untuk membahas pentingnya kemerdekaan etnis minoritas yang ada di myanmar.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama