Pada dekade terakhir ini, Kawasan Asia baru mulai terbangun dari tidur oleh pengaruh sebab dan akibat dimana, paska mewabahnya Covid-19 pada akhir tahun 2019 -- 2020 serta ketegangan AS dan China. menjadikan teguran keras untuk seluruh Negara-negara di kawasan asia lainnya.
bahkan menurut sejumlah analispun berkata, dampak ketegangan dari AS dan China, menjadikan keikutsertaan Negara kawasan asia lainnya dalam meningkatkan serta memodernisasi Alutsista mereka dengan skala besar, bahkan Armada-armada laut saat ini mampu menembakan rudal presisi tinggi jarak jauh yang dibangun serta diProduksi sendiri dalam Negeri dan banyak juga dari buatan luar Asia.
saat ini dapat ditafsirkan bahwa di 10 tahun mendatang, Asia akan dipenuhi dengan rudal-rudal konvensional yang dapat meluncur lebih jauh, lebih cepat, lebih merusak, dan lebih canggih daripada sebelumnya, ini merupakan sebuah perubahan drastis dan sangat berbahaya setelah terjadinya ketegangan AS dan China. menurut sejumlah analis, diplomat, dan pejabat militer. dari Seoul (ANTARA)
"Percaturan rudal sedang berubah di Asia, dan berubah cepat," kata David Santoro, presiden Pacific Forum.
Rudal memberikan detern yang besar serta keuntungan strategis, dalam operasi menghalau musuh. begitu pun dapat meningkatkan pengaruh di antara para sekutu, selain itu dapat menjadikan bisnis komoditi ekspor yang sangat menguntungkan,
sebab rudal semacam itu semakin terjangkau dan lebih akurat.
Adapun Kekutan China saat ini kita ketahui bahwa, China memroduksi massal DF-26 senjata multifungsi dengan jangkauan hingga 4.000 kilometer, sementara AS pun sedang mengembangkan senjata baru untuk mengimbangi Beijing di Pasifik.
Selain itu Negara-negara lain di kawasan asia saat ini, juga sedang membeli atau mengembangkan rudal terbaru mereka, dipicu oleh kekhawatiran terhadap agresi China serta keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada AS.
kata Santoro. mengimplikasikan jangka panjangnya belum jelas dan berpeluang tipis jika persenjataan baru itu bisa menyeimbangkan ketegangan dan membantu menjaga perdamaian,
"Yang lebih mungkin, proliferasi rudal menambah kecurigaan, memicu perlombaan senjata, meningkatkan ketegangan, dan menjadi penyebab utama krisis dan bahkan perang," tambahnya.
Saat ini korsel sedang bersaing dengan Korut dalam perlombaan rudal. Korut baru-baru ini, yang kabarkan telah menguji versi rudal KN-23 yang lebih baik dengan hulu ledak 2,5 ton serta disebut para analis untuk menyaingi Hyunmoo-4 yang berhulu ledak 2 ton.
"Sementara Korut tampak masih menjadi pemicu utama dalam ekspansi rudal Korsel, Seoul bahkan digadang-gadang sedang mengejar sistem dengan jangkauan yang lebih, saat diperlukan untuk melawan Korut," kata Kelsey Davenport, direktur kebijakan nonproliferasi Asosiasi Pengendalian Senjata di Washington.
Rudal Balistik Baru Korut
Ketika proliferasi meningkat, sejumlah analis mengatakan bahwa rudal-rudal itu perlu untuk dkhawatirkan sebagai ancamannya adalah yang dapat mengangkut hulu ledak konvensional atau nuklir. China, Korut dan AS semuanya memiliki senjata semacam itu.
"Adalah hal yang sulit, jika bukan mustahil, untuk menentukan apakah sebuah rudal dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional atau nuklir sampai rudal itu mencapai sasaran," kata Davenport.
Saat jumlah senjata semacam itu makin bertambah, "pastilah ada efek peningkatan risiko yang bisa tercipta pada eskalasi yang tidak disengaja, maka akan dapat terjadi dampak pada serangan nukli di kawasan Asia"
China Pamerkan Rudal Balistik


